Selasa, 19 Januari 2021

Sejarah Organisasi Ikatan Guru Indonesia (IGI)

 


Sejarah Organisasi

Organisasi ini awalnya bernama Ikatan Geograf Indonesia yang kemudian sering singkat sebagai IGI. IGI merupakan organisasi profesi yanf terdiri dari para peminat dan penggiat bidang Ilmu Geografi dan bertaraf nasional di Indonesia. IGI dibentuk di Jakarta pada tahun 1967 dengan tujuan untuk memajukan dan mengembangkan ilmu serta profesi geografi yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Organisasi ini muncul dikarenakan adanya pergolakan sejarah yang sangat kuat pada dekade 1960an. Pada saat itu, sempat beredar isu bahwa Ilmu Geografi akan dihapuskan dari ruang pendidikan di Indonesia. Menanggapi pergolakan tersebut, para tokoh Geograf di Indonesia berusaha mempertahankan dengan melakukan eksistensi diri dalam Pembangunan Indonesia. Usaha tersebut kemudian ditandai dengan berdirinya Fakultas Geografi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tanggal 1 September 1963, serta dengan mendirikan perkumpulan ini.

Proses pendirian organisasi ini dilakukan melalui Kongres I dengan terpilihnya kepengurusan periode tahun 1967 – 1981 yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Setelah itu kepemimpinan beliau dilanjutkan dengan terpilih kembalinya sebagai ketua umum pada periode tahun 1981 – 1985 melalui Kongres II. Pada Kongres III kepengurusan beliau dilanjutkan dengan terpilihnya Prof. Bintarto sebagai ketua umum pada periode tahun 1985 – 1989. Pada Kongres IV, terpilih kembali Prof. Bintarto untuk melanjutkan kepengurusan periode tahun 1989 – 1993. Paska kepemimpinan Prof. Bintarto, Kongres V dilaksanakan dan terpilih Prof. I Made Sandy untuk mempimpin organisasi ini pada masa periode tahun 1993 – 1997. Akan tetapi pada masa periode ini, sempat terjadi kevakuman kegiatan organisasi. Oleh sebab itu, kongres luar biasa dengan semangat untuk mengembalikan kembali eksistensi organisasi ini dilakukan pada tahun 1998, yang kemudian disebut sebagai Kongres VI. Hasil dari kongres tersebut yaitu terpilihnya Prof. Dr. Sutikno sebagai Ketua Umum IGI Periode 1998 – 2002 dan kemudian dilanjutkan pula masa kepengurusan pada periode tahun 2002 – 2006 melalui Kongres V di Bandung. Setelah dua periode kepengurusan Prof. Sutikno, pada tahun 2006 dilaksanakan Kongres VI IGI di UI, Jakarta, dan terpilih Ketua Umum yakni Prof. Dr. Suratman, M.Sc. Beliau memimpin organisasi ini mulai dari periode 2006 – 2010, yang dilanjutkan pada periode 2010 – 2014 melalui Kongres VII IGI di UNESA Surabaya.

Pada Kongres VIII yang dilakukan di UGM Yogyakarta pada tahun 2014, kemudian terpilih ketua umum baru yaitu Prof. Dr. Hartono, DEA, DESS. yang akan memimpin organisasi ini periode 2014 – 2018. Pada masa periode ini, perbaikan terus dilakukan, salah satunya adalah perbaikan dasar hukum kelembagaan sesuai dengan kebijakan pemerintah saat ini yaitu mendaftarkan organisasi IGI ke Kementerian Hukum dan HAM, serta pembuatan Akta Notaris. Pada masa periode awal organisasi ini terbentuk, IGI bergerak dibawah naungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Akan tetapi semenjak adanya Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 6 Tahun 2014 (PerMen 6/2014) tentang Pengesahan Badan Hukum Perkumpulan serta adanya kebutuhan tentang dasar hukum untuk mengembangkan program sertifikasi, maka dirasa perlu untuk mendaftarkan organisasi IGI secara legal melalui notaris ke Kemenkumham. Permasalahannya adalah didalam peraturan menteri tersebut, tidak diperkenankan pemakaian nama Ikatan, Asosiasi, dan Perhimpunan, dikarenakan kejenuhan didalam database lembaga di Indonesia. Oleh karena itu, pada tahun 2015 nama Ikatan Geograf Indonesia yang disingkat dengan IGI diganti menjadi Masyarakat Geograf Indonesia yang kemudian disingkat dengan IGI. Keberadaan IGI ini telah diresmikan oleh pejabat notaris pada hari Kamis, tanggal 21 Mei 2015 di Sleman, D.I. Yogyakarta.

* Sumber informasi : http://igi-geografi.or.id/v1/sejarah-organisasi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Dimasa yang akan datang, transaksi jual beli akan lebih banyak ke arah digital bahkan bisa jadi semua kan serba digital. termasuk juga deng...